Pengalaman Penerapan Scrum dalam Mata Kuliah Proyek Perangkat Lunak (ongoing)

Patricia Anugrah
5 min readMar 22, 2021

--

Pada mata kuliah Proyek Perangkat Lunak kali ini, metode Scrum diterapkan dari awal hingga akhir perkuliahan pada setiap kelompok dalam pengerjaan proyek aplikasi masing-masing. Penerapan metode ini mampu memberikan banyak pengalaman yang akan bermanfaat untuk ke depannya. Sebelum saya menuliskan pengalaman saya dalam menerapkan Scrum, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud tentang Scrum.

Penjelasan tentang Scrum

Scrum merupakan sebuah metode kerja yang sering digunakan pada orang-orang yang bekerja dalam industri teknologi. Secara definisi, Scrum adalah metodologi Agile development digunakan untuk membangun software berdasarkan metode iteratif dan incremental serta bagaimana tim mengelola dan menjalankan sebuah proyek. Sesuai definisi tersebut, Scrum merupakan salah satu implementasi dari Agile.

credit: digite.com

Agile merupakan metode dan praktik berdasarkan nilai dan prinsip yang merujuk pada Agile Manifesto. Ibaratnya Agile merupakan apa yang kita ingin lakukan, sementara Scrum adalah bagaimana kita mencapai hal yang kita ingin lakukan tersebut. Scrum merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengimplementasikan pengembangan Agile.

Agile Manifesto terdiri dari:

  • Individu dan interaksi daripada proses dan tools.
  • Pengerjaan software daripada dokumentasi lengkap.
  • Kolaborasi dengan pelanggan daripada negosiasi kontrak.
  • Menanggapi perubahan daripada mengikuti rancangan.

Lalu Agile Manifesto menjadi dasar dari 12 prinsip Agile:

credit: knowledetrain.co.uk

Dengan 12 prinsip Agile ini lalu dilaksanakan metode Scrum. Metode ini terdiri dari product owner, scrum master, dan tim development. Product owner bertugas mengurus product backlog, yaitu fitur-fitur yang akan dibuat untuk software yang ingin dibangun. Scrum master bertugas untuk membantu dan memfasilitasi tim. Tim development bertugas untuk membangun produknya. Metode Scrum umum dengan istilah Sprint Planning, Sprint Backlog, Daily Scrum Meeting, Sprint Review, dan Sprint Retrospective. Sprint Planning adalah saat melakukan rencana pembagian tugas untuk mengerjakan product backlog item (PBI). Sprint Planning dapat dilaksanakan selama 1–4 minggu. Saat menjalankan masa Sprint ini, Daily Scrum Meeting dilaksanakan di mana tim memberi tahu kepada Scrum Master progress yang mereka lakukan. Pada akhir Sprint, Sprint Review dilakukan untuk mereview kembali yang sudah dilakukan dalam pemberian produk backlog, serta Sprint Retrospective yaitu untuk membahas kerja sama tim dan apa yang sudah berjalan dengan baik serta apa yang perlu diubah.

credit: medium.com

Pengalaman Penerapan Scrum

Walaupun terlihat rumit dan profesional, Scrum ternyata mampu diterapkan ketika masih dalam perkuliahan. Saya akan menceritakan pengalaman saya dalam penerapan metodologi Scrum di saat masih perkuliahan ini. Metode tersebut dilaksanakan saat saya mengikuti kelas Proyek Perangkat Lunak (PPL). Saya akan menulis secara bertahap bagaimana pengalaman saya dalam penerapan Scrum hingga akhir kelas PPL ini.

Pada perkuliahan PPL, pembagian peran Scrum dibagi menjadi tiga, yaitu Product Owner, Scrum Master, dan Dev Team. Asisten dosen menjadi Product Owner dan Scrum Master, sementara saya dan peserta kuliah PPL lainnya menjadi Dev Team, di mana masing-masing tim terdiri dari 5–6 anggota. Jumlah Sprint yang akan dilakukan adalah 4, dengan masing-masing Sprint dilaksanakan selama 3 minggu. Karena perkuliahan saat ini dilaksanakan secara online, maka interaksi antar peran demikian menggunakan Zoom, Google Meet, atau Discord. Berikutnya saya akan menuliskan pengalaman saya selama menjalankan dari Sprint pertama hingga terakhir.

Sprint 0

Fase inisiasi, atau bisa dikatakan sebagai Sprint 0, dimulai dengan menjelaskan produk yang akan dikerjakan termasuk mengelaborasikan product backlog dari produk tersebut. Terdapat tiga produk untuk kelas ini yang akan dikerjakan. Sekitar dua kelompok diberikan untuk mengerjakan masing-masing produk. Selanjutnya, pembagian kelompok diberikan untuk mengerjakan produk-produk tersebut. Setelah pembagian ini, Sprint Planning dilakukan dengan Product Owner, Scrum Master, dan Dev Team, di mana Product Owner menentukan Sprint Backlog yang akan dilaksanakan pada Sprint 1. Kemudian, Scrum Master membantu masing-masing anggota Dev Team untuk memilih backlog yang akan dikerjakan. Untuk Sprint 2 dan seterusnya, peran Product Owner dan Scrum Master dipegang oleh anggota kelompok.

Sprint 1

Usai Sprint Planning 1, fase Sprint 1 untuk melakukan implementasi PBI dijalankan. Untuk perkuliahan ini, Daily Standup Meeting dilaksanakan dua kali seminggu atau sekitar delapan kali dalam 1 Sprint termasuk Sprint Planning, Sprint Review, dan Sprint Retrospective. Untuk kelompok saya, Daily Standup Meeting ini dilakukan pada hari Kamis dan Sabtu. Setiap meeting ini masing-masing anggota melaporkan ke Scrum Master apa saja yang sudah dilakukan, apa yang akan dilakukan, dan kendala yang dialami.

Pada akhir Sprint adalah fase Sprint Review untuk menilai produk software, dan Sprint Retrospective untuk menilai tim. Sprint Review dilakukan dengan dosen dan asdos sebagai stakeholders. Setiap perwakilan dari kelompok yang mengerjakan masing-masing PBI mempresentasikan hasil produknya kepada stakeholders, dengan harus menganggap stakeholders tersebut bukan orang ahli dalam teknologi informasi. Ekspektasinya adalah ketika menjalankan Sprint Review ini, seluruh PBI sudah selesai dikerjakan. Sprint Retrospective menutup setiap sesi Sprint dengan masing-masing anggota kelompok menulis apa yang harus dimulai, dihentikan, dan dilanjutkan dalam kerja sama kelompok untuk Sprint ke depannya, berdasarkan pengalaman Sprint 1 mereka. Sesi Sprint Retrospective ini dilakukan dengan menggunakan website metroretro.io.

Karena saya masih belum terbiasa dengan penerapan Scrum di saat tersebut, saya masih banyak kekurangan dalam memberikan produk. Saya belum dapat menunjukkan progress apapun pada Laporan Progress Kelompok saya. Lebih parah lagi, saya belum sanggup menyelesaikan bagian yang harus dikerjakan setelah Sprint Review 1, dan tentunya Sprint Planning berikutnya. Walaupun demikian, saya mendapatkan banyak pengalaman baru dan saya juga belajar mengadaptasikan diri sebagai individu dan tim pada kelanjutan implementasi iterasi Sprint berikutnya.

Sprint 2

Karena saya belum menyelesaikan PBI pada Sprint 1 setelah Sprint Planning 2 sudah dilaksanakan, pada rentang waktu mengerjakan Sprint 2, saya harus menyelesaikan dua PBI dari Sprint 1 dan 2. Saya memutuskan untuk menyelesaikan PBI dari Sprint 1 dulu baru mulai mengerjakan PBI dari Sprint 2. Pada akhirnya, PBI dari Sprint 1 ini berhasil selesai seminggu setelah Sprint Planning 2. Namun, karena banyak belajar baru ketika mengerjakan PBI dari Sprint 1, seperti mempelajari lebih dalam sisi front-end dari aplikasi yang dikerjakan (saya mendapatkan pengerjaan bagian front-end), saya menjadi lebih terbiasa dalam alur aplikasi tersebut sehingga saya merasa lebih yakin dalam melakukan pengerjaan Sprint 2. Meskipun waktu pengerjaan menjadi lebih sedikit dari seharusnya, namun karena sudah lebih memahami front-end-nya, saya mampu menyelesaikan PBI Sprint 2 ini tepat waktu.

Selain itu, karena rentang waktu Sprint 2 bersamaan dengan periode UTS, maka terdapat hiatus cukup panjang, seperti tidak ada Daily Meeting dan seluruh anggota pada sibuk belajar buat UTS. Walaupun demikian, saya sudah menyelesaikan bagian saya sebelum periode tersebut, dan menjalankan Sprint Review 2 dengan lancar bersama kelompok saya. Pada Sprint 2 ini saya kebagian untuk menjadi Product Owner sehingga pada Sprint Review 2, saya bersama Product Owner dari anggota lain mempresentasikan hasil produk yang dikerjakan di seluruh PBI pada Sprint 2.

.

.

.

Sprint ini akan terus berjalan hingga Sprint 4 pada akhir semester perkuliahan.

Referensi:

--

--

No responses yet